Arsip Artikel

Bahagia Itu Adanya Disini....?
Oleh Yamin Mubarok, S.HI

Semua orang mendambakan kebagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan mereka kejar dan raih dengan caranya masing-masing. Ada yang pergi ke hutan atau ke pantai untuk mencari kebahagian. Ada yang berwisata mengunjungi berbagai destinasi yang indah. Ada yang mendatangi berbagai daerah mencicipi berbagai kuliner atau membeli barang-barang khas daerah. Bahkan, ada juga yang sekedar berkumpul dengan keluarga, teman sejawat, kerabat dekat dengan ngaliwet dan makan rame-rame.
Nah, nyatanya apa pun yang dilakukan terasa belum puas dan kebahagiaan itu selalu terasa kurang. Atau rasanya kebahagiaan itu hanya sebentar saja, sepertinya hanya singgah sejenak melepas lelah dan selanjutnya bersiap untuk melakukan perjalan yang panjang nan melelahkan. Semua hal dicoba dilakukan, untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Tapi semua kebahagiaan yang didapat tak pernah sempurna.
Kita kadang sering tak sadar, ketika kita ada dalam suatu keadaan/ kondisi, kita tidak menerima dan menikmati keadaan/ kondisi yang sedang dijalani dan membayangkan serta menginginkan keadaan/ kondisi yang lain. Itu yang membuat kita tak pernah bahagia. Ketika kita sedang jomblo, kita membayangkan dan menginginkan untuk punya pasangan. Sudah punya pasangan, membayangkan dan menginginkan punya anak. Sudah punya anak, membayangkan seperti waktu masih berduaan (suami+isteri). Akhirnya semua keadaan/ kondisi yang sedang dijanani tidak pernah diterima dan dinikmati dan akhirnya selalu tak bahagia. Bukankah Rasulullah telah menggabarkan bahwa “Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah (terisi) dari emas, pasti ia mengingkinkan lembah ketiga; tidak ada yang mengisi perut anak Adam kecuali tanah, serta Alloh meneriman taubatnya orang yang mau kembali kepada-Nya” (HR. Ahmad).
Bahagia itu adalah menerima yang ada, menerima yang telah dimiliki dan menerima semua yang sedang terjadi dan dijalani. Bahagia itu, menikmati semua yang ada, yang dimiliki dan yang sedang dijalani. Islam mengajarkan untuk selalu ridho dengan segala yang Alloh tetapkan, yang baik maupun yang buruk. Islam mengajarkan untuk qonaah, merasa cukup dengan apa yang ada dan yang dimiliki. Bukankah Rasulullah telah menyampaikan “sungguh beruntung orang yang masuk Islam dan rizkinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang pemberian Alloh” (HR Muslim).
Islam pun telah mengajarkan agar selalu bersyukur dengan segala nikmat yang telah Alloh berikan serta bersabar ketika mendapatkan musibah. Dengan selalu ridho dan qonaah, kita akan selalu bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan dan akan selalu bersabar ketika mendapatkan segala sesuatu yang tidak kita inginkan. Bukankah Rasululloh pernah mengatakan “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (Hadits Riwayat Muslim).
Bukankah bahagia itu adanya dalam hati?. Bahagia itu bukan adanya dalam “harta/jabatan” atau yang semisalnya. Bahagia itu tergantung pada hati yang menyikapi semua keadaan/kondisi/harta/jabatan/semuanya. Tidak sedikit orang yang kaya raya namun tidak bahagia. Tidak banyak orang miskin namun bahagia. Begitu pun sebaliknya. Bahagia itu tergantung suasana hati dalam merespon semuanya. Orang bahagia atau tidak, bagaimana sikap/ pekerjaan hatinya. Bukankah Rasulullah telah mengungkapkan “bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan hati” (Muttafaqun Alaih).
Bukankah Alloh Yang Maha Kuasa telah memberikan titah kepada kita, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash : 77)
Kita ingin selalu bahagia, kan?. Kuncinya, jagalah hati kita agar selalu bahagia, dimana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun. So, kita mesti memiliki kekayaan hati. Nah, pertanyaanya bagaimana yang harus dikerjakan oleh hati kita agar selalu bahagia?. Tentunya, hati harus selalu menerima semua yang Alloh tetapkan, merasa cukup dengan semua yang yang ada serta selalu bersyukur ketika memperoleh kenikmatan dan bersabar ketika memperoleh yang tidak disukai.
Dalam website https://bincangmuslimah.com/muslimah-daily/makna-kebahagiaan-dalam-islam-dan-bagaimana-cara-memperolehnya-31718/ disampaikan juga cara memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat menurut Islam :
Pertama, ialah iman. Kunci utama yang dapat mengantarkan seseorang memperoleh kebahagiaan yang hakiki ialah dengan beriman kepada Alloh. Melakukan segala perbuatan sesuai perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kedua, ialah bersyukur, ridha dan tawakal atas segala musibah. Sebab mengeluh dan meratapi musibah akan menghidupkan gen-gen negatif yang mengintruksikan pada aksi-aksi negatif pula serta mempengaruhi kondisi tubuh. Sebaliknya, jika kita tertimpa musibah kemudian menata jiwa dan pikiran dengan syukur dan ridha maka akan mengihupkan gen-gen positif dalam tubuh, dan kebahagiaan pun dapat dirasakan.
Ketiga, adalah sabar. Sifat ini diperlukan jika menghadapi suatu musibah, serta sabar untuk tidak membalas perbuatan buruk orang lain. Seperti dengan memaafkan orang lain jika melakukan kesalahan, hal itu memiliki manfaat yang besar kepada diri kita sendiri, yaitu dapat mengobati rasa sakit hati. Menurut Al-Quran, obat terbaik untuk menyembuhkan sakit hati adalah tak membalas sakit hati, menahan diri untuk kemudian memaafkan. Dengan memaafkan hidup kita akan selalu bahagia, sebab memaafkan lahir dari hati yang bahagia.
Keempat, yakni ikhlas. Sifat ini merupakan wujud pengabdian manusia kepada Alloh yang mana setiap perbuatan hanya ditujukan untuk mendapatkan rida Alloh semata, tanpa mengharapkan pujian dari manusia. Hal ini tentunya dapat mengantarkan manusia ke dalam kebahagiaan karena senantiasa ikhlas dalam melakukan segala perbuatan.

INGIN BAHAGIA?, BIKIN HATI BAHAGIA, OLEH KITA SENDIRI
BAHAGIA ITU DI SISNI, ADA DI DALAM HATI