Arsip Artikel

 ANDA BERSYUKUR, ITU PILIHAN YANG TERBAIK DAN BIJAKSANA UNTUK HIDUP ANDA

Oleh Yamin Mubarok, S.H.I.

Sekretaris PA Kota Banjar Kls IB

 

Anda mungkin ingat dengan perkataan dari Manusia Yang Paling Sempurna dan Mulia di muka bumi ini. Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam pernah bersabda sebagai berikut:

“Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu” (HR Bukhari dan Muslim).

Ma syaa Alloh sungguh luar biasa pernyataan Beliau Yang Mulia itu yang pasti benarnya, karena Beliau dibimbing oleh wahyu dari Alloh Jalla wa 'Ala.

Dalam urusan dunia, kita mesti memandang kepada yang lebih rendah. Melihat kepada yang lebih rendah menyebabkan kita akan bersyukur. Ini adalah hukum sebab akibat (hukim kausalitas). Sesuatu itu bila ada sebab, pasti akan ada akibat yang menyertai sesudahnya. Bila ada akibat, pasti ada sebab yang mendahuluinya.

Kenapa ini konteknya dalam urusan dunia?. Sebab untuk urusan akhirat, kita mesti memandang kepada yang lebih atas. Melihat kepada yang lebih atas akan menyebabkan kita termotivasi bersemangat untuk berlomba dalam kebaikan.

Ketika dalam urusan keuangan, misalnya Anda hanya mendapatkan penghasilan 1,2 juta per bulan. Sementara, si A mendapatkan penghasilan sebesar 1,5 juta per bulan, si B sebesar 1 juta per bulan, si C sebesar 2 juta per bulan. Agar bersyukur, Anda melihatnya kepada si B yang penghasilannya lebih rendah. Anda akan bersyukur dengan apa yang ada, pengahasilan yang Anda terima. Kalau Anda melihat kepada yang lebih atas penghasilannya, Anda akan mengecilkan penghasilan yang Anda peroleh, yang akhirnya Anda tidak menerima dan tidak merasakan kenikmatan dari penghasilan tersebut.

Ketika dalam urusan ibadah, katakanlah "BERSEDEKAH", si A misalnya suka memberikan bantuan untuk fakir miskin setiap bulan melalui panti asuhan sebesar 1 juta per bulan, si C sebesar 2 juta per bulan, dan si D sebesar 1,5 juta per bulan (si A, C dan D penghasilannya sama 5 juta per bulan). Sementara si B gak pernah suka memberi bantuan sedikit pun kepada fakir miskin melalui panti asuhan (padahal penghasilannya 10 juta per bulan). Dalam kisah ini, maka Anda melihat kepada yang lebih atas, yaitu si C. Dengan melihat kepada yang lebih atas, Anda akan lebih bersemangat (berlomba) untuk lebih bisa membantu fakir miskin melampaui apa yang bisa mereka berikan (walaupun penghasilan Anda hanya 4 juta per bulan). Kalau Anda pilih yang lebih rendah, Anda akan bilang "Si B yang lebih besar penghasilannya pun tak memberi bantuan kepada fakir miskin, apalagi saya yang penghasilannya hanya 4 juta per bulan". Memberi adalah kebaikan. Kekuatan memberi ini akan memberikan energi positif yang besar, yang akan menarik semua energi positif, yang akan membuat Anda sukses, Anda makmur.

Apa pengertian atau definisi bersyukur itu?. Coba kita pelajari dulu makna syukur itu dengan beberapa pengertian berikut:

Dalam bahasa Indonesia (KBBI, hal 878) kata syukur ini diartikan dengan dua arti, yaitu:

  1. Terima kasih kepada Allah, seperti dalam ungkapan: “Ia mengucapkan syukur kepada Allah karena terlepas dari marabahaya.”
  2. Untunglah (menyatakan lega, senang, dsb), seperti dalam ungkapan: “Untunglah suamiku tidak mengalami cedera di kecelakaan itu.”

Secara bahasa (etimologi) kata syukr (شكر) di dalam bahasa Arab adalah bentuk kata dasar (mashdar) dari kata kerja syakara (شكر) – yasykuru (يشكر). Selain kata ini, ada juga bentuk kata dasar yang lain, yaitu syukūran(شكورا) dan syukrānan (شكرانا).

Dalam pengertian bahasa, kata syukr (شكر) memiliki banyak arti, seperti 1) berterima kasih kepada (syakara al-rajul wa lahu), 2) Allah memberi kamu pahala (Syakara Allah sa’yaka), 3) memuji (syakara al-rajula).

Ada sejumlah pengertian syukur secara terminologi yang dikemukakan oleh para ulama. Al-Jurjani mengatakan bahwa syukur ialah suatu kebaikan untuk menerima nikmat, baik secara lisan, dengan tangan atau dengan hati.

Syukur, menurut al-Jurjani, terbagi atas dua macam, yaitu 1) Al-syukr al-lughawi (syukur secara kebahasaan), dan 2) Al-syukr al-‘urfi. Al-syukr al-lughawi ialah ungkapan tentang sesuatu yang baik (indah) terhadap sesuatu yang mulia terhadap nikmat, baik secara lisan, maupun secara badaniah. Al-syukr al-‘urfi ialah sikap seorang hamba Allah terhadap semua hal yang diberikan oleh Allah sebagai nikmat yang telah dianugerahkan Allah swt, seperti pendengaran, penglihatan, dan lain-lainnya terhadap segala apa yang diciptakan Allah swt. Al-syukr al-lughawi lebih bersifat umum, sedangkan al-syukr al-‘urfi lebih khusus (kitab al-Ta’rifat, hal 128).

Bersyukur atas segala segala hal yang Alloh Ta'ala berikan mengandung makna positif (energi positif). Bahkan kekuatan bersyukur merupakan energi yang kuat dan frekuensinya tinggi. Bersyukur kepada Alloh dengan hati berarti mengakui bahwa segala hal yang Anda terima, Anda miliki adalah pemberian dari Alloh. Secara lisan, kita mengucap "alhamdulillah" (segala puji bagi Alloh). Dengan anggota tubuh, kita menjaga dan memelihara ketentuan Alloh (hududulloh) dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Bersyukur ialah menggunakan segala yang diberikan oleh Alloh Ta'ala untuk segala yang dicintai-Nya.

Bersyukur itu hadir ketika Anda menerima dan memberikan perhatian kepada apa yang ada dan diterima dari Alloh. Apa pun keadaannya, berapa pun jumlahnya. Ketika Anda memikirkan apa pun yang tidak ada pada diri Anda dan menginginkan di luar yang Anda miliki, akan menjadi penghambat untuk bisa bersyukur. Berpikirlah dan fokuslah kepada yang Anda miliki dan menerima apa pun yang ada secara positif, akan menciptakan pikiran dan perasaan yang positif. Pikiran dan perasaan positif itu akan menggetarkan tubuh dan menembus benda-benda yang padat, bahkan menembus ruang dan waktu. Pikiran dan perasan yang instens (terus-menerus secara konsisten) akan masuk ke dalam gelembung getaran pikiran Anda dan melipatgandakan getaran positif serta akan menarik semua benda, orang dan keadaan yang positif. Oleh karenanya, orang yang bersyukur, Alloh pastikan, Alloh akan tambah, Alloh akan lipatgandakan nikmat-Nya.

Kata Plato, "Ketika Anda merasa berterima kasih, Anda akan menjadi sangat baik, dan akhirnya menarik hal-hal yang sangat baik". Orang yang tidak berterima kasih cenderung akan menarik dan memanifestasikan segala sesuatu yang justru mereka takuti dan mereka tidak sukai. Mereka memikirkan kekurangan, jadi mereka menarik dan memanifestasikan kekurangan. Seperti itulah Hukum Tarik-Menarik bekerja.

Kata James Arthur Ray (The Science of Success, terjemahan, hal 152) mengatakan bahwa untuk mengalami perasaan syukur secara terus-menerus, Anda harus memahami dan mempercayai tiga kebenaran:

  1. Situasi Anda sekarang sangatlah baik dan menjadi semakin baik.
  2. Kehidupan Anda sekarang penuh dengan hal-hal yang patut disyukuri.
  3. Hasil Anda sekarang akan terus-menerus berubah, dan menjadi lebih baik.

Dengan selalu bersikap, mempercayai, meyakini, membiasakan dan menyatakan tiga kebenaran tersebut terhadap apa pun keadaan yang Anda hadapi dan jalani, dan apa pun yang ada, apa pun yang Anda miliki sekarang, rasa bersyukur akan bertambah, terus bertambah kuat dan menjadi kekuatan. Bersyukur itu sumber kebaikan, bahkan sumber kebaikan hidup. Karenanya, kekuatan bersyukur ini adalah kunci kesuksesan. Orang yang bersyukur akan hidup bahagia, akan dimasukan ke dalam surga. 

Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya, bila ditimpa kebaikan ucapkan "alhamdulillah binikmatihi tatimmus sholihat" (segala puji bagi Alloh yang dengan nikmat-Nya sempurnalah kebaikan-kebaikan). Bahkan bila pun ditimpa keburukan, ucapkanlah "alhamdulillah 'ala kulli hal" (segala puji bagi Alloh atas segala keadaan). Seakan tersirat, bahwa keburukan yang menimpa pun mesti kita syukuri. Kenapa???. Pertama, ketika hal yang negatif kemudian diterima dengan positif, maka hasilnya akan positif. Husnudzon, berbaik sangka kepada Alloh sekalipun "keburukan" yang menimpa Anda. Alloh akan menanggapi sesuatu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Dengan keterbatasan kemampuan akal manusia, bisa jadi yang kita anggap buruk itu menurut Alloh baik. Alloh Maha Luas Ilmu-Nya, Maha Luas Kebaikan-Nya. Ada hikmat dalam setiap kejadian. Tidak ada yang sia-sia semua yang diciptakan-Nya. Kedua, ketika sesuatu yang "buruk" menimpa, Anda fokus dan memberikan perhatian kepada yang baik, bukan kepada yang buruk tadi. Misalnya ketika Anda ditimpa musibah satu anak meninggal, dan tersisa tiga anak lagi. Anda fokus dan berikan perhatikan kepada tiga anak yang masih hidup, Anda bersyukur terhadapnya, dan Anda tidak fokus kepada satu anak yang meninggal tadi. Kita berucap kepada Alloh, "Ya Alloh segala puji hanya milik-Mu, Engkau telah berikan aku empat anak, Engkau ambil satu, namun Engkau masih sisakan tiga anak lagi".

Kita mengetahui kebaikan, bila kita mengetahui keburukan. Keburukan adalah kebalikan dari kebaikan. Bila Anda memilih kebaikan, maka hilanglah keburukan. Bila Anda memilih keburukan, maka hilanglah kebaikan.  Alloh ilhamkan kepada manusia dengan fujur (keburukan, kejahatan dan semisalnya) dan taqwa (kebaikan dan semisalnya) dan manusia diberikan kebebasan untuk memilihnya. Bersyukur atas nikmat-Nya adalah kebaikan (positif), sementara kufur atas nikmat-Nya adalah keburukan (negatif).

Pada dasarnya, apa pun yang Alloh timpakan kepada manusia adalah kebaikan. Sedangkan keburukan itu dari kita sendiri. Ketika sesuatu menimpa, -sekalipun yang menimpa itu, secara umum dipersepsikan buruk- Anda menerimanya dengan penerimaan yang baik (ridho dengan takdir-Nya), maka itu akan menambah kebaikan dan kemuliaan baginya. Namun bila Anda menolak atas takdir-Nya, meskipun yang menimpa itu secara umum dipersepsikan baik, maka keburukan dan kehinaan yang akan Anda terima. Kenapa sesuatu itu jadi buruk?. Jawabannya, karena Anda menolak kebaikan. Ketika kebaikan itu ditolak, maka yang akan nampak (yang hadir) adalah keburukan. Dan sebenarnya manusialah yang menciptakan keburukan dalam persepsi mereka. Sebaliknya, kenapa sesuatu itu baik?. Karena Anda memilih kebaikan. Ketika kebaikan yang Anda ambil, keburukan tak akan muncul.

Diakhir tulisan ini, mari kita renungkan secara mendalam kebenaran firman Alloh Ta'ala. Kehidupan ini berjalan sesuai dengan hukum Sunnatulloh. Alloh berfirman, "Ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan jangan kamu kufur kepada-Ku. Alloh berfirman, "Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengumumkan: Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan tambah untuk kamu. Dan jika kamu kufur kepada-Ku, sungguh benar-benar siksaan-Ku sangat keras".