Arsip Artikel
Ketika Rencanamu Berjalan Tidak Sesuai Rencana
Oleh Muhammad Ridwan Firdaus, S.Sy., M.H.
Manusia sejatinya menginginkan perjalanan hidupnya berjalan lancar sesuai dengan asa serta citanya. Akan tetapi acapkali cita tidak berjalan sesuai ekspektasi atau bahkan keluar dari rel yang menyebabkan kita terhempas terjerembab di sebuah jurang atau bahkan palung dalam yang sulit daripadanya kita bangun. Banyak akhir-akhir ini diberitakan kejadian sebagian dari saudara-saudari kita yang tidak mampu kembali berdiri ketika dilanda badai masalah, dan lebih memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara yang nahas, naudzubillah.
Guru seringkali mengingatkan muridnya guna menggapai cita dan asa setinggi langit, tempat dimana bintang-bintang berada. Dan jauh sebelumnya Allah SWT mengingatkan manusia dalam suratnya Bintang (An-Najm) di ayat 39-42 tentang pentingnya sebuah usaha dan ikhtiar. Dan sungguh Tuhan akan membalas (ikhtiar) hambanya dengan balasan yang sempurna.
Banyak dari kita yang lupa jati diri, lupa kendali, lupa diri dan bahkan lupa Ilahi yakni Dia yang Maha Abadi ketika musibah menimpa diri. Kita menuntut hasil yang sesuai dengan usaha kita, dan kecewa ketika hasil yang kita dapat kurang dari ekspektasi kita. Kita seringkali lupa bahwa tugas kita sebagai manusia hanyalah ikhtiar dan berusaha, akan tetapi Tuhan pula lah yang menentukan, ini sejalan dengan adagium yang terkenal di luar sana “Man Proposes God Disposes”.
Memanglah benar Tuhan akan mengganti usaha kita dengan balasan yang sempurna, akan tetapi pandangan kita terbatas untuk menilai “kesempurnaan” yang Allah inginkan untuk kita. Manusia hanyalah mahluk tiga dimensi yang terikat dengan ruang dan waktu, serta mempunyai pandangan yang parsial dan terbatas hanya pada dimensi yang kita huni, sedangkan Tuhan adalah satu entitas tinggi diatas entitas manusia yang memiliki pandangan serta pemahaman jauh diluar nalar makhluk sederhana seperti kita. Hal ini sudah Tuhan jelaskan ribuan tahun sebelumnya melalui QS Al Baqarah ayat 216 yang mempunyai makna bahwa apa yang kita anggap suatu kebaikan belumlah tentu kebaikan di mata-Nya, juga sebaliknya sesuatu yang tidak kita senangi, namun itulah yang justru terbaik bagi kita.
Sungguh terlalu kerdil bagi kita apabila menganggap kebaikan hanya berupa akhir yang indah dan menyenangkan, sungguh pander nan hina apabila anggapan tentang “kesempurnaan” yang Tuhan janjikan untuk usaha kita hanyalah seonggok batu berlian, atau hanya sebuah pengakuan sebagai bukti tanda kesuksesan?. Wallahu a’lam…